BINTANG DI RANUKUMBOLO (BAB 1)
Pagi
telah tiba, Sea memandang langit yang cerah dibalik jendela kamar. Angin pagi
yang menerobos masuk membawa udara segar kedalam kamar. Dengan almamater
berwarna coklat gading Sea siap memulai aktifitas Ospeknya.
"Semangat
Sea," ucap nya lantang. Dengan senyum yang secerah matahari pagi, Sea
mulai mengambil peralatannya dan berangkat ke kampus.
Dalam
perjalanan, matanya tidak berhenti memandang jalanan yang masih belum terlalu
ramai. Namun, tidak jarang dia melihat di beberapa tikungan tampak orang –
orang menepikan sepeda motornya untuk sarapan.
Setelah
kurang lebih dua puluh lima menit, Sea sudah sampai di depan gerbang kampus
yang tampak ramai anak – anak mahasiswa baru (MABA). Mereka saling berbincang
dan menyapa satu sama lain. Sea menggengam leontin yang dipakai sambil berkata
lirih, “Aku pasti akan menemukanmu”.
Dengan
Langkah berani, Ia berjalan menuju pendopo kampus dan duduk di salah satu kursi
yang masih kosong. Karena tidak ada satupun dikenalnya, Sea memilih untuk
membaca novel yang dia bawa. Hingga tak berselang lama, terdengar suara
pengumuman dari panitia OSPEK.
"Oke!
semua peserta harap masuk ke ruang auditorium sesuai jurusan masing - masing!”
Seru Arif, salah satu dari panitia OSPEK.
Sea
memasukan bukunya, lalu ikut berbaris dengan mahasiswa baru lain. Suara riuh,
memecahkan ruang auditorium. Para senior mulai menyeruhkan nama Jurusan
masing-masing. Sea mulai memandang sekitar untuk mencari Jurusannya.
“Mana
ya?” gumamnya sambil mata yang terus mencari kesegala arah. Syukurlah, dewi
fortuna masih berpihak kepadanya. Dari jauh Sea melihat banner Jurusan Ilmu
Komunikasi. Dengan langkah cepat, Sea menuju kelompoknya. Namun naas, tanpa
sengaja tubuh kecilnya terpelanting lantaran menabrak seorang pemuda tinggi,
keriting dan berkulit hitam.
"Tak
punya mata kau!" Tegur pemuda itu dengan logat timurnya yang khas.
Sea
yang jatuh berusaha untuk bangkit. Sambil membersihkan bajunya, dia meminta
maaf kepada pemuda itu. "Maaf Kak, saya tidak sengaja," ucapnya singkat,
lalu pergi menuju kelompoknya sementara.
Samudra
hanya memandangnya pergi sambil berucap. “Manisnya adik itu.”
Perlahan,
tapi pasti. Samudra mulai berjalan menuju kelompok Fakultas Ilmu komunikasi,
yang berada di ujung. Entah magnet apa yang di miliki oleh Sea, hingga bisa
membuat hati seorang Samudra bergetar hanya dalam sekali memandang.
Sea
berdiri tegak di Tengah - tengah kerumunan. Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi
dan rambutnya yang hitam pekat, serta mata yang berbinar - binar penuh semangat
membuat Samudra tak bisa menahan diri lagi. Dia ingin segera berkenalan
dengannya. Namun sayang, sebuah tepukan
membuat Samudra tersadar.
“Mau
kemana kamu?” tanya Pras, sahabat baik Samudra.
“Mau
ke Fakultas IKOM (Ilmu komunikasi).” Jawabnya sambil melanjutkan langkahnya,
namun langsung ditarik oleh Pras.
“Eiittts!
Mau aku adu kan ke Ari kamu? Sebentar lagi kamu presentasi Keling (panggilan
Samudra di kampus).” Pras menarik pergelangan tangan Samudra dengan sedikit
memaksa, mau tak mau dia harus ikut dengan Pras.
“Aku
ke IKOM dulu lah, aku penasaran dengan adik itu,” pinta Samudra.
Mendengar
itu, Pras mulai menghentikan langkahnya. “Anak yang mana?” tanya Pras.
“Itu,”
Samudra menunjuk ke arah Sea yang sedang berbaris. “Kamu tahu siapa dia?”
“Ya
tidak tahu lah. Memang aku panitia Ospek. Tanya Arif saja dia kan panitianya.
Tapi nanti tanyanya atau tidak aku tumbuk (pukul) kau,” ancam Pras. Samudra pun
menuruti Pras, karena memang teamnya sedang bersiap untuk presentasi UKM di
depan MABA.
Acara
di hari pertama, OSPEK berjalan dengan baik. Semua MABA tampak antusias
mengikuti setiap games dan sesi yang ada. Samudra yang berdiri di samping
stage, terus menatap Sea dan semakin penasaran siapa dia. Samudra langsung
mencari keberadaan Arif, sie acara yang memegang data MABA.
“Arif,
sini kamu.”
“Iya
kak, ada apa?” tanya Arif.
“Aku
pinjam data MABA sebentar,” Pinta Samudra.
Melihat
itu, Arif sempat menolak tapi bukan Samudra jika tidak bisa memintanya.
Direbutnya file MABA yang di bawa Arif.
“Jangan
Kak,” pinta Arif.
“Bentar
ahhh!!” Protes Samudra sambil membuka – buka data peserta MABA. Mungkin Tuhan memang
merestui mereka, Ia tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari, lantaran data
MABA sudah lengkap dengan foto dan kontak pribadinya.
"Sea
Dahayu," ucap Samudra dengan tersenyum puas, sambil memotretnya. Dengan
tatapan sangarnya, Samudra mengembalikan Data MABA. "Ini punya kau, tidak
aku hilangkan toh!" Kata Samudra sambil menepukkan map itu tepat ke dada
Arif.
Samudra
berjalan menuju anak – anak pecinta alam dengan terseyum puas. Didalam hatinya
sudah ada tekat akan mengajak berkenalan dan mendekatinya lebih intens lagi.
Samudra benar – benar sudah tersihir dengan kecantikan Sea.
***
Setelah melewati beberapa sesi dari pemateri dan games waktu istirahat pun
tiba. Sea menjejakkan kakinya kearah kantin bersama Ayu teman sejurusan yang
baru saja dia kenal. Sembari berjalan, sesekali dia memandang sekitar seakan
sedang mencari sesuatu. Sea menghela nafas panjang dan mulai tertunduk kecewa.
“Kamu
kenapa?” tanya Ayu.
“Tidak
apa – apa,” jawab Sea singkat.
Mereka
pun duduk di salah satu meja dan memesan segelas minuman. Obrolan singkat
antara Sea dan Ayu pun berlangsung.
Dan,
tak lama kemudian para panitia mulai memanggil peserta yang lain. Karena acara
terakhir akan dimulai. Para MABA pun mulai berbondong – bondong menuju audoturium.
Sea dan Ayu langsung duduk bersebelahan, di baris Fakultas IKOM.
Dua
orang panitia naik ke atas podium. Dengan semangat yang membara, mereka berdua
bersiap untuk memulai sesi terakhir di hari pertama OSPEK. Dalam sesi ini, dua
sie acara menjelaskan tentang kegiatan kemahasiswaan selain BEM (Badan
Eksekutif Mahasiswa) ada juga UKM Unit Kegiatan Mahasiswa yang sudah menjadi
bagian integral dari kehidupan kampus.
“Selamat
siang teman – teman semua!!! Masih semangat?”
“MASIHHHHHH!!!!,”
“Wah!
kami sangat senang melihat kalian yang masih bersemangat siang ini, padahal
sudah capek – capek sesi dan games. Tepuk tangan untuk kalian semua!!”
Terdengar
suara riuh tepukan para MABA. Dan, tiba saatnya sie acara mulai memperkenalkan
para Anggota BEM, dan mulai menyebutkan nama – nama UKM yang ada. Mulai dari
UKM Musik, Teater, Olah raga, Media Mahasiswa dan Pecinta Alam.
Sementara
sie acara sedang memberi penjelasan singkat tentang setiap UKM, beberapa
anggota dari masing - masing UKM tersebut berdiri disamping panggung, siap
untuk mempresentasikan UKM mereka di hadapan para MABA. Beberapa anggota UKM
mulai memamerkan spanduk, pamflet, dan bahkan beberapa demo kecil untuk menarik
perhatian peserta OSPEK agar bisa bergabung dalam keanggotaan mereka.
Ketika,
setiap UKM mempresentasikan acara dan kegiatan apa saja yang mereka miliki.
Hati Sea merasa bergetar ketika UKM Pecinta Alam mulai presentasi. Dia merasa
ada keinginan untuk bisa bergabung didalamnya.
“Aku
ingin merasakan apa yang kamu rasakan,” Gumam Sea dalam hatinya, sembari
meremas kuat leontinnya.
Suasana
di Auditorium kampus menjadi semakin hidup dengan kegembiraan dan semangat dari
para mahasiswa baru yang bersemangat untuk bergabung dengan UKM favorit mereka.
Samudra yang sudah siap di both Pecinta Alam mulai melirik ke kanan dan ke
kiri. Mengamati setiap langkah Sea. Dan berharap, Sea mengunjungi bothnya.
"Sea..
ayo ke both itu," ajak Ayu sambil menunjuk both Teater, Namun Sea menahan
langkah Ayu.
"Kenapa?"
Tanya Ayu heran.
Sea
berbisik, "Sepertinya, kakak pecinta alam itu masih marah dan masih dendam
denganku. Lihat saja cara dia menatap ke arah kita sampai seperti itu. Serem
tahu Yu,” Dia sepertinya masih dendam dengan ku. Lihat saja cara dia menatap.
Serem tahu,"
"Dendam
kenapa?"
"Jadi
begini, tadi aku tadi tidak sengaja menabraknya, dia sempat memaki ku. Dan aku
juga langsung minta maaf kepadanya. Tapi,
entah mengapa dari tadi matanya terus menatapku seperti itu, Aku takut
Yu," jawab Sea gugup.
"Hemm,”
Ayu menggandeng lengan Sea. “Sudah tenang ada aku, kamu tidak usah takut,” Ayu
pun mengajak Sea berjalan menuju UKM Teater yang kebetulan berada tepat di
samping UKM Pecinta Alam.
Samudra
yang melihat Sea dan Ayu mendekat kearah nya. Langsung berjalan menghampiri
mereka. Wajah Samudra yang garang ditambah tatapan yang tajam seperti singa mau
menerkam mangsanya, membuat nyali Ayu menciut dan langsung berbelok arah menuju
ke both Musik.
“Hei
Keling! Mau kemana kamu, kita sudah mau perform,” seru Ari, Ketua Umum pecinta
alam. Yang mulai bersiap dengan talinya. Dan, Samudra pun juga urung mengejar
Sea, karena Ari memanggilnya untuk demo panjat tebing.
***
Setelah beberapa hari melalui OSPEK yang melelahkan, tibalah waktunya hari yang
di tunggu – tunggu, Malam Keakraban tanda dari OSPEK sudah berakhir. Malam itu, lapangan kampus dipenuhi dengan
kehangatan dan keceriaan para MABA dan panitia.
Lampu
- lampu sorot yang berwarna - warni menari - nari diatas panggung, menciptakan
atmosfer yang magis dilapangan kampus yang ramai. Suara musik dan beberapa
pertunjukan teater di suguhkan untuk menambah euphoria. Namun, keramaian itu
nampaknya tidak berpengaruh besar terhadap Samudra. Hampir separuh jiwa nya
luruh menghilang mencari keberadaan Sea
Hampir
sehari penuh, Samudra mencari Sea. Tapi dia tidak menemukannya. Sampai suatu
saat, seorang gadis mungil muncul dari balik tembok pendopo kampus berjalan bersama
– sama teman se-angkatannya menuju lapangan kampus. Dengan hati yang berdebar -
debar, Samudra melangkah mendekati Sea, sembari tersenyum malu - malu saat dia
berdiri di dekatnya.
"Halo,
adik," ucapnya dengan suara yang penuh semangat. Sea, langsung tersentak
ketika mendengar Samudra yang sudah berdiri di belakangnya. Mata yang besar
memandangnya dengan ekspresi gugup. Sea merasa jika Samudra masih ingin
membuat perhitungan dengannya.
"S-selamat
malam, ada perlu apa ya kak?” tanya Sea dengan suara yang sedikit gemetar.
Sambil berusaha menjaga jarak antara dirinya dengan Samudra, namun Samudra
terlihat tidak terpengaruh oleh kegugupan yang terpancar dari wajah Sea.
"Boleh
kakak bergabung denganmu adik?" Samudra dengan ramah, mencoba untuk
mencairkan suasana. Namun, Sea masih merasa cemas dan ragu - ragu.
“Tapi
saya masih ada perlu dengan Ayu kak,” Sea menarik lengan Ayu. Paham jika Sea
sedang mencari cara untuk lepas dari Samudra, Ayu pun menggandeng tangan Sea.
“Kami
mau ke toilet dulu kak, biasa kan kak perempuan. Kadang tamunya suka datang
se-enak jidat. Yuk Se, kamu sudah bawa kan,”
“Bawa
– bawa,”
Mereka
berdua pun langsung meninggalkan Samudra tanpa menoleh kebelakang. Sejujurnya,
ada rasa kecewa tapi tidak ada kata menyerah dalam kamus Samudra. Jika tebing
bisa ditaklukannya, aplagi Sea.
Sementara
itu, ditempat yang berbeda, Sea dan Ayu menyusuri kampus dengan hati yang berdebar
- debar. Namun, didalam lubuk hati yang terdalam Sea merasa bersalah kepada
Samudra. Karena, dengan jelas Samudra menyapanya dengan ramah dan bukan dengan
marah.
"Yu,
kita keterlaluan tidak sih? Aku kok jadi tidak enak sendiri seperti ini,”
Ayu
menghentikan langkahnya dan memandang Sea. “Menurut mu?”
“Lah
kok balik nanya,” protes Sea.
“Karena
yang tahu jawabannya ya kamu Se,” Ayu menepuk pundaknya. “Sepertinya dia ingin
berkenalan denganmu saja, hanya mungkin wajahnya saja yang terlihat seram.” Ayu
mencoba meyakinkan Sea untuk tidak takut lagi dengan Samudra.
“Yakin
kamu? Kalau dia ingin membuat perhitungan dengan ku bagaimana?”
Ayu
menggandeng tangannya dan mengajaknya berjalan kembali kearah lapangan, “Kalau
ada apa – apa tinggal kita adukan saja ke kak Inara, beres kan,”
Mendengar
itu, hati Sea pun sedikit legah. Mereka pun berjalan menuju lapangan yang
semakin meriah, karena akan ada performen dari anak – anak UKM Pecinta Alam. Dari
jauh, Sea melihat Samudra yang sedang
bersiap menggunakan alat pengaman untuk panjat tebing.
Suasana
lapangan kampus bercahaya oleh sorotan lampu panggung yang mulai menerangi arah
sisi panggtempat wall climbing berada. Para peserta dan panitia OSPEK berkumpul
dengan penuh semangat, sorak sorai riang menyambut kedatangan Samudra, atlet
panjat tebing kebanggaan kampus, yang mulai menunjukan aksinya sebagai penutup
acara OSPEK.
"Sea,
itu kan kakak tadi?" Tanya Ayu sambil berbisik.
"Iya
itu orang nya," Jawab Sea.
“Sepertinya
kalian berjodoh deh Se,” celetuk Ayu tiba-tiba.
“Ih
amit – amit Yu, aku disini fokus kuliah bukan pacarana,” balas Sea.
Ayu
melirik ke arah Sea sambil tersenyum. “ Jangan seperti itu, nanti jatuh cinta
sungguhan lho,”
"AYU!”
tegur Sea dengan cemberut.
Sambil
terkekeh Ayu merangkul Sea dan menghiburnya. “Iya, iya, jangan marah ya, nanti
imutnya hilang, sekarang kita fokus lihat kakak itu tadi. Kayaknya sudah mau
siap – siap untuk manjat deh,”
Di
depan wall climbing, Samudra tampak sudah siap dengan tali pengamannya. Dan,
saat aba – aba di berikan, Samudra mulai melakukan aksinya. Setiap rintangan
dilaluinya dengan baik. Sempat terpeleset hingga membuat tubuhnya tergelantung,
membuat semua penonton berteriak. Salah satunya Sea.
“Aman
Ling!” seru Bonar dari bawah.
Keling
yang tergelantung, dengan tangan kiri yang memegang jugs (Pegangan besar yang
ada di wall climbing) memberikan jempolnya ke arah Bonar. Dengan teliti Samudra
melihat posisinya, dan berfikir kemana dia hendak melompat. Setelah di rasanya
sudah menemukan cela, di ayunkannya badannya lalu melompat ke arah pocket dan dia
berhasil. Samudra Kembali melanjutkan aksinya hingga tiba di atas dan
menyalakan kembang api yang sudah di siapkan panitia di atas.
Letupan
kembang api, membuat malam penutupan OSPEK semakin meriah. Semua MABA saling
berpelukan dan berfoto bersama dengan background kembang api yang tampak
cantik. Beberapa panitia juga ikut berkumpul dengan para MABA. Sementara,
Samudra yang sudah turun, melihat Sea sekilas yang tampak asik dengan teman
seangkatannya. Samudraa dan Bonar berjalan menuju DPR (di bawah pohon rindang)
yang berada di dekat kantin.
"Keling!
Minum dulu," Ari memberikan se-sloki minuman keras kepadanya. Dan, samudra
pun menghabiskannya dalam sekali tenggak.
"Rokok
kak?" Ardi memberikan sebungkus rokok kepada Samudra.
"Terima
kasih e," ucap Samudra sembari menyalakan rokoknya, dan menghisapnya lalu
menghembuskan asap itu ke udara.
"Penampilan
mu memang selalu memukau, hampir copot jantung ku saat kamu terpeleset tadi.
Tapi, kamu bisa melewati itu dengan mudah. Luar biasa kamu," puji Pras
sambil menenggak se-sloki minuman keras dan menuangkannya lagi untuk Samudra,
tapi di tolaknya.
"Tumben
kau tak mau minum? Biasanya raja minum?" Goda Ari.
Samudra
yang masih menyesap rokoknya tidak membalas apa-apa. Tanpa basa basi di
tenggaknya lagi minuman itu lalu menyesap rokoknya sambil matanya terus menatap
kearah Sea.
Musik
terus mengalun, tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan acara pun berakhir.
Terlihat beberapa Maba sudah pulang dan tampak para panitia merapikan
perlengkapan mereka. Dan sebagian orang mulai bersiap pulang.
“Aku
pulang dulu ya,” Pamit Samudra.
“Tumben
sekali! Mau kemana kau?” tanya Abdur.
“Mau
menyelesaikan misi yang tertunda.” Jawab Samudra sambil tersenyum ke arah Sea
yang tampak sedang menunggu ojek online pesanannya.
Dengan
semangat, Samudra berjalan mendekati Sea dan menyapanya dengan senyum
terbaiknya. “ Malam adik, boleh kaka kantar?” tanya Samudra.
"Maaf
kak, sepertinya aku harus pergi," kata Sea cepat-cepat, mencari alasan
untuk menjauh dari Samudra. Karena dia mencium bau alkohol dari mulut Samudra.
"Tunggu
dulu Sea, ijinkan aku mengantarmu, ini sudah malam bahaya," tawar Samudra
dengan senyuman hangat. Namun, entah mengapa senyuman itu terlihat menyeramkan di mata Sea.
Dengan
sedikit ketakutan Sea mencoba menolak
dengan sopan, "Tidak perlu kak terima kasih sekali, aku sudah memesan ojek
online."
Namun,
sebelum Sea bisa pergi, Samudra mendekatinya lagi dengan langkah yang
ragu-ragu.
"Tolong lah, ijinkan aku mengantarkan adik pulang dengan aman,"
katanya dengan memohon.
‘Haduh
gimana ini,’ Batin Sea. ‘Aman tidak ya di antar kak Samudra.’ dalam
kebingungannya, muncul Inara, Ketua Ospek yang berjalan ke arah Sea dan
Samudra.
"Sea kenapa tidak pulang? Apa ada masalah?"
tanya Inara.
"Kak
Samudra memaksa untuk anta Sea pulang, padahal bau alcohol,” Adu Sea.
Inara
melihat ke arah Samudra yang mengkode supaya membujuk Sea untuk bisa pulang
dengannya. Gadis berkacamata ini hanya menghela nafas dan menggeleng –
gelengkan kepalanya.
"Tenang
Sea,” Ucap Inara sambil menepuk pundak Sea. “Kamu tidak usah kuatir. Dia memang
minum, tapi tidak mabuk. Justru aku takut kamu pulang sendirian malam-malam
seperti ini." Lanjut Inara.
Sea
masih menunjukan wajah ragu-ragunya. Inara yang memahami itu langsung mengambil
ponselnya. "Kamu catat nomer ku, jika si Keling buat ulah kamu chat
aku," Ujar Inara.
Dengan
segera, Sea menyimpan nomor Inara dan menyetujui usulan Wakil ketua pecinta
Alam, sekaligus Ketua Panitia Ospek.
"Baiklah
kak, saya mau di antar kak Samudra," ucap Sea lirih.
Mendengar
itu, Samudra segera mengambil motor maticnya. Sementara Inara menemani Sea
sembari berbincang ringan. Dan, tak berselang lama Samudra menghentikan
motornya tepat di depan Sea. Inara langsung berpamitan kepada Sea untuk
membantu panitia lain untuk membersihkan halaman kampus yang kotor karena acara
tadi.
“Hati-hati
ya Ling,” ucap Inara.
"Aman!
Silakan naik dik," Samudra mempersilahkan dengan sopan, sembari
membetulkan forstep di sisi kanan dan kiri. Sea pun naik ke atas motor matic
itu.
"Sudah
Sea?"
"Sudah
kak," Samudra pun mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.
Malam
ini cuaca cukup berangin, beberapa kali Samudera mendengar Sea menggigil.
Karena tidak tega, dia menawarkan Sea untuk memakai jaketnya namun di tolaknya.
Takut Sea tidak nyaman lantaran sering dia paksa Samudera pun diam dan hanya
memantau dari kaca spion.
Angin
berhembus lumayan kencang, Sea merangkul badannya dan mengusap – usap lengannya
supaya bisa sedikit hangat. Samudera tidak bisa mentolerir sifat keras kepala
Sea. Dia tepikan motornya dan meminta Sea untuk turun. Dan, gadis ini pun
menurut. Samudra melepas jaket jins miliknya lalu memgenakannya di tubuh kecil Sea.
“Maaf
sedikit bau rokok, tapi setidaknya kamu tidak kedinginan. Aku tidak bisa
melihat mu seperti itu,” Ucap Samudera. “Kalau masih dingin peluk saja, tapi
taruh tas ransel kamu di tengah supaya kamu nyaman.” Lanjutnya.
Sea
terdiam membatu, ingatan lama seakan membawanya Kembali ke masa lalu. Rasa
rindu itu kembali memeluknya. ‘Mengapa dia seperti mu,’ batinnya smabil
menggenggam leontin miliknya.
“Hei,
ayo naik Sea. Kenapa kamu diam seperti itu, apa kamu terkesima dengan perhatian
kakak,” Goda Samudera.
Sea
pun segera naik dan melakukan seperti ucapan Samudera tadi. Dia tidak membalas
ucapan apapun dan memilih untuk diam. Sementara itu, Samudera hanya terseyum
dan melanjutkan perjalanannya.
Tidak
ada percakapan yang terjadi di antara mereka berdua, karena Sea memilih untuk
diam. Samudra mencoba untuk mencairkan suasana yang kaku dengan bercerita
tentang pengalamannya naik gunung dan panjat tebing. Tapi Sea tetap diam.
Samudera
pun akhirnya memilih untuk diam, baginya bisa sedekat ini dengan Sea sudah
membuatnya Bahagia. Dia sadar, jika rasa suka tidak bisa di paksakan. Cinta memang
tidak tahu sopan santun. Di tembakannya rasa cinta dalam hati, membakar separuh
jiwa namun, tak terbalas. Dan pergi begitu saja tanpa berpamitan. Samudera
hanya bisa bersabar dan berharap kepada waktu, yang mungkin bisa membantunya.
"Itu
rumah saya kak," Sea menunjuk satu rumah tingkat dua berpagar hitam yang
ada tepat di sudut komplek perumahan elite di Surabaya Timur.
"Oke
siap adik," Samudera pun menghentikan motornya tepat di depan gerbang
rumah.
Sea
pun turun dari motor dan menyerahkan helmnya kepada Samudera. Di dalam sebuah
ruangan di rumah Sea, tampak seseorang mengamati dari dalam rumah, Pria itu
hanya mengamati Samudera dan Sea dari balik korden. Lalu menutup korden itu
dengan kasar. "Terima kasih
kak," ucap Sea lalu pergi, Namun pemuda ini memegang tangan Sea.
"Tunggu
Sea, aku mau ngomong,"
"Iya
ada apa kak?"
"Selamat
malam ya. Sampai Jumpa lagi,"
Sea
hanya bisa merespon dengan senyuman kaku lalu masuk ke dalam rumah. Sementara
itu, Samudra masih berdiri di depan pintu dengan perasaan campur aduk di dalam
hatinya. Tapi, sekalipun tidak ada percakapan selama di jalan, selain
menunjukan jalan ke rumahnya, Samudra merasa cukup senang. Ia memaklumi jika
Sea masih takut dan merasa canggung dengannya. Ketika Sea sudah masuk kedalam
rumah, Samudera segera mengendarahi motornya lalu pergi.
Di
dalam kamarnya, Sea duduk di pinggiran tempat tidur. Lalu merebahkan tubuh yang
terasa Lelah karena aktifitasnya. Sesekali terdengar helaan nafas dari bibirnya,
dan mata yang menatap langit – langit kamar.
Yang dia rasakan saat ini hanyalah lega karena bisa terpisah dengan Samudera.
“Hahhh…
sudah lah,” Keluhnya.
Sea
bangkit dari tidur dan memilih untuk mandi, siapa tahu dengan mandi bisa
mengurangi rasa lelahnya. Untuk urusan lain, di pikirkan esok hari saja. Karena
kesusahan hari ini cukup untuk hari ini, besok ada kesusahannya sendiri.
Sementara
di tempat lain, Samudra yang sudah tiba di kamar kos nya. Menyandarkan diri di
sebuah tumpukan bantal sembari manatap langit-langit kos nya yang penuh dengan
wajah Sea.
"
Apakah aku bisa mendekati mu, sementara sifat mu begitu acuh pada ku,” ucap Samudera
lirih
***
Komentar
Posting Komentar