Mimpi si Panjul


 "Ekooo!! Belajar ojok bal-bal an ae. pingin dadi opo awakmu!" (Ekooo! Belajar, jangan sepak bola terus. Ingin jadi apa kamu)," seru Emak dari depan pintu sambil menggenggam sapu ijuk dengan tatapan tajam ke arah putra Bungsunya Eko Prayitno atau yang sering di panggil Panjul.

"Yo Mak! Sik dilut maneh," (Iya Mak! Sebentar lagi) balas Eko sambil menendang bola ke arah temannya, tak mengindahkan sapuan Emak yang mulai mendekat ke lapangan.


Namun, kali ini Emak tak main-main. Dengan langkah pasti, ia menyeberangi jalan menuju lapangan. Sapu di tangannya berputar seperti senjata pamungkas. Teman-teman Panjul yang melihat Emak mendekat langsung berlarian seperti dikejar hantu. Sementara Panjul focus menggocek bola hingga tidak menyadari jika sekarang hanya dia sendiri yang di lapangan. Dan....

"DUAGH!!!"

"Adduuuh, Mak! Loro! (Adduuuh, Mak! Sakit)" Seru Panjul sambil memegangi kepalanya yang dihantam sapu ijuk. Belum selesai meringis, telinganya sudah terjewer kuat, membuat tubuhnya sedikit terangkat.

"Mulih gak!" (Pulang tidak!") bentak Emak sambil menariknya.

"Ampun Mak! Tak pamit konco - konco ku sik!" (Ampun Mak! Aku pamit teman - teman dulu)

"Wis ga usah! Konco-koncomu wis podo mlayu kabeh." (Sudah tidak perlu, teman - teman mu sudah lari semua).

Dengan berat hati, Eko alias Panjul meninggalkan lapangan. Dan Ia berjanji, suatu hari nanti akan membuktikan bahwa bermain bola bukan cuma hobi yang sia-sia.

Selepas sholat maghrib, Panjul, mulai terduduk lesu di meja belajar, ditemani Tini, kakaknya. Tapi pikiran dan hatinya tak bisa lepas dari bermain bola. Ditambah lagi, hari ini ada pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Jepang, dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 di tiga negara, yakni Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Terdengar dari suara televisi di ruangan sebelah, dimana Bapak dan adiknya menonton pertandingan tersebut.

"Panjul! Fokus! Sinau! Ojok mbelarah ae matamu! (Panjul! Fokus! Belajar! Jangan kemana-mana matanya!)," tegur Tini sambil memukulkan buku tebal ke kepala Panjul.

"Yo mbak, tapi iku seru lho. Indonesia lawan Jepang!"jawab Panjul, matanya masih melirik ke arah televisi. Tini menghela nafas panjang. Ia tahu adiknya ini keras kepala, tapi ia juga tahu betapa besar cintanya Panjul kepada sepak bola.

***

Hari sabtu adalah hari yang di sukai oleh Panjul. Karena di hari ini ia bisa berlatih sepak bola dengan teamnya di club. Seperti biasanya, Ia adalah seorang yang sangat bersemangat. Dan, tanpa ia ketahui ada satu orang pencari bakat muda sedang memantau latihan mereka.

Ketika melihat Panjul, orang pencari bakat itu pun tertarik dengannya. Dan ingin merekrutnya untuk bisa bergabung dengan Timnas Indonesia di jelang laga kualifikasi untuk masuk piala dunia.

"Sungguhan pak saya bisa masuk seleksi untuk bermain di timnas?" tanya Panjul guna memastikan Kembali. Pencari bakat itu pun hanya menganggukan kepalanya, dan memberitahukan kepada Panjul apa saja yang harus dia persiapkan.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun berlalu. Meski sering dimarahi Emak, Panjul tetap bermain bola dengan sepenuh hati. Kerja kerasnya terbayar saat ia lolos seleksi untuk masuk Timnas.

Hari yang ia impikan tiba. Panjul di berikan kesempatan untuk bermain dalam laga Indonesia melawan Jepang di Stadion Gelora Bung Karno. Pertandingan pun di mulai dan berjalan sengit. Di menit yang ke 10, Jepang unggul 1-0. Dan, di menit yang ke 25, Coach Shin Tae-yong memasukkan Panjul untuk menggantikan pemain depan.

"Panjul! Tunjukkan apa yang kamu bisa. Bermainlah dengan hati, dan percayalah pada dirimu sendiri!" ujar Coach Shin. Panjul mengangguk, matanya menyala penuh semangat. Momen yang ditunggu pun tiba. Baru beberapa menit di lapangan, Panjul menunjukkan aksinya. Bersama Asnawi, ia melakukan kerja sama apik. Bola dioper ke Panjul yang berlari menyelinap di antara bek Jepang. Dengan tenang, ia melepaskan tendangan keras ke arah gawang.

"GOOOOOLLL!!!" sorak komentator. Skor menjadi imbang 1-1 di menit ke 30.

Namun, Jepang kembali unggul melalui serangan balik cepat, menjadikan skor 2-1. Dan, skor tidak berubah hingga babak pertama berakhir. Di ruang ganti, Coach Shin memberikan arahan baru.

"Kita bisa menang. Percayalah! Mainkan bola cepat dan manfaatkan setiap peluang. Panjul, aku percaya padamu!"

Babak kedua dimulai. Indonesia langsung menyerang. Di menit ke-70, sebuah tendangan sudut dilakukan oleh Pratama Arhan. Bola melayang ke tengah kotak penalti Jepang. Panjul yang berada di posisi strategis melompat tinggi dan menanduk bola dengan keras.

"GOOOOOLLL!!!" Indonesia menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

Pertandingan semakin panas. Waktu memasuki injury time. Dalam serangan terakhir, bola dioper oleh Rizky Ridho kepada Panjul yang sudah bersiap. Dengan sundulan akurat, bola masuk ke gawang Jepang.

"GOOOOOOLLL!!!" Indonesia unggul 3-2. Peluit panjang berbunyi, menandakan akhir pertandingan.

Stadion Gelora Bung Karno bergemuruh. Para pemain merayakan kemenangan bersama. Panjul menjadi pahlawan, dielu-elukan oleh semua orang. Coach Shin memeluknya dengan bangga. Dan, bukan Marcelino Ferdinan jika tidak usil. Pemain bernomor punggung 7 ini bekerja sama dengan Pratama Arhan memgambil sebaskom air dingin dan...

"PAAANNJUUUULLLL!!!!"

"BYUUUURRRRRRRRRR!!!!!!!!!

Tangiiii! Gol-gol tok ae, sekolah kono lho!" (Bangunnn! Gol-Gol saja, sekolah sana lho!) suara Emak membangunkan Panjul dari tidurnya. Termyata dia hanya bermimpi. Panjul mulai pergi ke kamar mandi karena siraman dari Emak.

"Ya Allah ternyata mimpi, Coach Shin Tae Yong!!!!! Seru Panjul di dalam kamar mandi.

- THE END -


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Agatha

Selepas Kau Pergi